Langkah gontai sang nenek mengetuk dari satu pintu ke pintu lainnya
untuk meminta keikhlasan sebagian rejeki kepada mereka yang berlebih.
Mataku tak hentinya memandangi hingga ia terduduk di sebuah taman untuk
menghilangkan rasa letihnya. Rasa penasaran membuatku pergi mendekatinya
“Sedang istirahat ya nek..?”. “Iya nak..” ucapnya sambil bersandar.
“Maaf nek aku mau tanya, apa nenek sudah lama berprofesi seperti ini..?”
tanyaku dengan sedikit ragu. Nenek tersenyum padaku “Maksud kamu
menjadi seorang pengemis..? kira-kira sudah 2 tahun nak..”. “Ooohhh..
maaf nih nek memangnya nenek tak punya keluarga sehingga nenek harus
mengemis..?” tanyaku. “Mereka semua telah tiada bersama datangnya
bencana, dan kini nenek hidup seorang diri..” jawabnya bersamaan
menetesnya air mata di pipinya.
Aku pun terdiam beberapa saat sambil memandangi wajahnya yang penuh
dengan keriput. Namun rasa ingin tahuku membuatku kembali lagi bertanya
“Nek bukankah lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah, atau
kenapa nenek tidak bekerja..”. Sambil mengusap keringatnya nenek
mengatakan “Itu benar nak kalau seandainya fisik nenek masih kuat sudah
pasti nenek akan bekerja dan insya Allah tangan nenek akan berada di
atas..”. Ku anggukkan kepalaku “Iya juga ya nek.. nah kalau begitu
kenapa nenek tidak diam saja dirumah bukankah orang semacam nenek sudah
pasti mendapat uluran tangan dari mereka..”. Nenek kembali tersenyum “Ya
nenek mendapatkannya dan itu hanya setahun sekali yaitu berupa zakat,
apakah perut nenek ini hanya cukup makan sekali saja dalam setahun..?”.
Aku pun ikut tersenyum “Nenek bisa saja..”.
Angin berhembus menyapu kulit kami, betapa Maha Besarnya yang
menciptakan angin ini. Nenek kemudian melanjutkan perkataannya “Daripada
nenek harus berdiam diri menunggu uluran tangan yang tak pasti lebih
baik nenek sendiri yang mendatangi, kamu tahu nak yang nenek ketuk itu
sebenarnya bukan pintu rumah mereka melainkan nenek mengetuk pintu hati mereka untuk meminta keikhlasan dalam berbagi,
tapi tetap saja banyak yang tak peduli..” Aku pun menarik nafas “Aku
rasa nek mereka bukannya tak peduli hanya saja sebagian besar dari
mereka menganggap orang-orang yang profesinya seperti nenek hanya
orang-orang malas, jadi mereka enggan untuk memberi..”.
Nenek menatapku dengan tatapan yang seakan perkataanku salah, lalu ia
menggelengkan kepalanya “Tidak semua pengemis itu orang pemalas, ada
yang karena keadaan menjadikan dia mengemis, dan perlu kamu ingat Allah
akan memberikan ganjaran kepada setiap perbuatan manusia, kamu ikhlas
beramal terhadapnya kamu tetap akan mendapat ganjaran meskipun dia
seorang pemalas, dan lagipula yang namanya bersedekah itu tidak ada
batasan kepada siapa saja harus diberikan, jangan hanya karena kamu
beranggapan pengemis itu adalah pemalas menjadikan kamu malas juga
bersedekah, ingat itu adalah ajakan syetan untuk kamu menjadi kikir..”
Sinar mentari yang menembus dari celah dedaunan membuatku semakin
bersemangat berbicara kepada si nenek “Tapi bukankah lebih baik beramal
itu ketempat yang sudah jelas akan diberikan kepada yang membutuhkan,
seperti kotak amal di masjid atau badan amal..?”. Lagi-lagi si nenek
tersenyum “Berapa kali kamu ke masjid dan mengisi kotak amalnya, lalu
berapa kali kamu datang ke badan amal untuk beramal..”. Pertanyaan nenek
hanya membuatku menggaruk-garuk kepala “Ya.. ya memang jarang sih
mengisi kotak amal masjid apalagi ketempat badan amal belum pernah sama
sekali..”. Si nenek menatapku tajam “Nah itu dia.. didatangi saja untuk
saling berbagi malas memberi apalagi harus melangkahkan kaki.. ingat
betapa beruntungnya saat ini masih banyak yang hilir mudik dan lalu
lalang yang meminta sedekah, itu berarti kamu masih punya kesempatan
untuk melakukan amal kebajikan, karena suatu saat nanti hartamu tak bisa
lagi kamu sedekahkan karena tak ada lagi orang yang mau menerima
sedekah,
seperti sabda Rasulullah
saw yang diriwayatkan Imam Bukhari “Bersedekahlah kamu, maka nanti akan
datang satu zaman yang akan kamu jumpai yaitu seorang laki-laki sedang
berjalan membawa sedekahnya. Maka berkatalah orang yang akan diberikan
sedekahnya (zakatnya) : Jika kamu datang kemarin maka aku dapat
menerimanya, tetapi sekarang aku tidak membutuhkan hartamu itu. Maka
orang yang akan memberikan sedekahnya (zakatnya) itu tidak mendapati
orang yang akan menerima sedekahnya…”. Aku pun tersenyum
“Insya Allah nek..”. Nenek kemudian pamit untuk melanjutkan
aktifitasnya mengetuk pintu hati, aku hanya memandanginya hingga dia
menghilang dari pandanganku.